TIMES NEWS ACEH – Irwandi Yusuf resmi dilantik kedua kalinya sebagai sebagai Gubernur Aceh periode 2017-2022. Tidak lama memimpin Aceh dikali kedua ini, Irwandi yang akrap disapa BW tersandung kasus suap yang bersumber dari dana otonomi khusus (DOKA) tahun 2018.
Hari ini media sosial kembali dibanjiri oleh postingan postingan mencari kebenaran tentang issu bebasnya irwandi yusuf dari Sukamiskin, masyarkat Aceh begitu antusias menyambut kebebesan dari Mantan Gubernur Aceh tersebut, sebagaimana komentar salah satu akun Facebook atas nama Amien “ Alhamdulillah ya Allah, segala syukur bagi kami Bangsa Aceh, cut bang Wandi sudah selesai menjalani hukuman, Selamat kembali ke aceh, kami rindu kepadamu”. Dan masih banyak dukungan dan sambutan hangat dari masyarakat Aceh lainnya.
Kepastian kebebasan BW dikuatkan dengan pemberitaan pemberitaan diberbagai media di Indonesia.
Ingatan masyarakat Aceh tidak bisa melupakan dengan gebrakan gebrakan yang dia nggap gila oleh masyarakat aceh, mulai menerbangkan pesawat Pesawat jenis Shark Aero tersebut dilabelinya Hanakaru Hokagata.
Pada saat Irwandi memimpin masa itu, ia membuat berbagai terobosan baru salah satunya program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Masyarakat Aceh yang ingin berobat cukup membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja dan langsung dilayani. Program ini kemudian diadopsi pemerintah pusat dengan melahirkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Dan juga Usai diumumkan sebagai pemenang pilkada pada tahun 2017, Irwandi langsung membuat gebrakan dengan membangun 100 unit rumah untuk anak yatim sebagai bentuk rasa syukur. Awalnya, memang rencananya akan diadakan syukuran besar-besaran dan terkumpul dana dari relawan sekitar Rp 2,5 miliar.
Lalu dia berpikir bahwa dari pada dana itu kita gunakan secara berlebihan untuk kenduri atau syukuran apakah tidak sebaiknya kita salurkan untuk hal-hal yang berguna bagi rakyat,” kata Irwandi pada waktu itu di hadapan puluhan jurnalis usai meliput proses pelantikannya sebagai Gubernur kedua kalinya periode 2017-2022.
Pria kelahiran Bireuen, 2 Agustus 1960 ini menyelesaikan Sekolah Menengah Pertamanya di MTsN Bireun.
Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Penyuluh Pertanian di Saree dan berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Pada tahun 1987, ia lulus dan meraih gelar Sarjananya dari Fakultas Kedokteran Hewan, hingga pada tahun 1989, ia menjadi dosen di jurusan yang sama.
Irwandi Yusuf juga memperoleh beasiswa S2 di College of Veterinary Medicine State University (Universitas Negeri Oregon), Amerika Serikat.
Selain menjadi akademisi, Irwandi Yusuf juga menjadi aktivis dan merintis berdirinya lembaga swadaya Fauna dan Flora Internasional.
Tak hanya itu, ia juga menjadi perwakilan GAM (TNA) untuk Misi Pemantau Aceh (AMM), ia masuk Gerakan Aceh Merdeka dan dipercaya menduduki posisi Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM dari tahun 1998-2001.
Keterlibatan Irwandi sebagai Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM membuat ia berurusan dengan aparat keamanan Indonesia dan ditangkap pada awal 2003. Ia divonis 9 tahun dalam kasus Makar.
Namun, pada 26 Desember 2004 tepatnya saat peristiwa Tsunami Aceh, Irwandi Yusuf berhasil lolos dari penjara dan melarikan diri ke Finlandia. Ia diberikan tugas oleh petinggi GAM di Swedia sebagai Koordinator Juru Runding GAM.
Pada tahun 2007, ia berkunjung ke kantor Presiden di Jakarta. Disana ia diterima baik oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
Saat itu, ia meminta agar komitmennya terhadap NKRI tidak perlu dipertanyakan lagi karena sudah jelas dengan ditandatanganinya Nota Kesepakatan Helsinki pada 15 Agustus 2005.
Editor: Redaksi
Tinggalkan Komentar