Redaksi
Minggu, 28 Sep 2025
  • TIMES NEWS MERUPAKAN PORTAL BERITA YANG BERKANTOR DI PROVINSI ACEH. TIMES NEWS ACEH MENERIMA SISWA JURNALIS MAGANG INFO LEBIH LANJUT 0852 6071 7323 (WA)
14 September 2023

Gus Nanda : Masyarakat dan Santri Aceh Rawat Tradisi Rabu Abeh dengan Zikir dan Kenduri

Kamis, 14 September 2023 Kategori : Aceh / Terkini

TIMES NEWS ACEH – Rabu Abeh yang biasa disebut juga Rebo wekasan atau Rabu terakhir pada bulan Shafar yang diyakini sebagai malam atau hari diturunkannya bala bencana dan musibah oleh Allah SWT ke bumi diperingati masyarakat Aceh termasuk santri di dayah (Pondok Pesantren) merawat Keuneubah Endatu (peninggalan ulama) Tradisi Rabu Abeh (Rebo wekasan) dengan menggelar berbagai kegiatan berjamaah atau sendirian mulai dari baca Al-Quran surat yasin, shalawat, doa, pembuatan wafaq, dan sejenisnya bertempat di Meunasah, masjid atau balee beut dan dayah.

Menurut Tgk. Nanda Saputra agamawan muda Aceh yang juga Ketua ISNU Kabupaten Pidie kepada media ini, Rabu, (13/9/2023) mengatakan kegiatan ini merupakan acara rutin tahunan yang diadakan santri dan masyarakat Aceh setiap Rabu atau malam Rabu terakhir bulan Shafar. Maksud dan tujuannya adalah sebagai ikhtiar memohon kepada Allah SWT agar kita semua terhindar dari segala bala dan bencana.

“Bahkan akhir-akhir ini baik di negeri kita maupun di luar negeri sering terjadi bencana, apa itu bencana banjir, kebakaran, penyakit, korupsi, dan bencana politik dan sejenisnya,” katanya yang juga pimpinan salah satu Balee Pengajian di Pidie.

Kandidat doktor Universitas Sebelas Maret itu menyebutkan
Ritual tersebut dimulai setelah shalat maghrib berjamaah dilanjutkan dengan wirid, shalat sunat ba’diyah, baca surat yasin, shalawat, doa, dan pembuatan wafaq atau azimat yang dilaksanakan setelah shalat Isya.

Tradisi tolak bala bagi masya¬rakat Aceh menurut Ketua Umum Asosiasi DKLPT itu bukanlah hal asing. Dalam tradisi masyarakat dan santri di Aceh, ritual tolak bala atau lebih akrab dengan sebutan Uroe Rabu Abeh telah melekat dan selalu dirayakan pada setiap tahun tepatnya di akhir bulan Safar.

Tgk. Nanda yang juga Direktur Yayasan Penerbit Muhammad Zaini menjelaskan sehari menjelang Rabu Abeh, sebagian masyarakat Aceh telah membuat persiapan yang tidak jauh berbeda saat menyambut lebaran atau puasa Ramadan. Beragam jenis makan dibuat untuk disajikan saat Rabu Abeh yang nantinya untuk bersedekah juga disantap bersama keluarga serta kerabat. Misalnya, lemang, ketupat, srikaya, timphan, kolak, bubur, ragam jenis gulai daging dan makanan lainnya yang dimasak menurut selera dan tradisi.

‘’Di hari persiapan itu, masyarakat beramai-ramai memadati pasar untuk mendapatkan kebutuhan bumbu dapur hingga berburu daging dan ikan ukuran besar. Mereka tidak tanggung-tanggung dalam meng¬eluarkan biaya hanya untuk mendapatkan ragam makanan yang dipersiapkan secara khusus itu,’’ ulasnya.

Ditanya tentang apa itu Rabu Abeh (Rebo Wekasan) dan bagaimana ceritanya, Dosen STIT Al-Hilal Sigli itu mengatakan, dalam kitab Kanzun Najah Was-Suraar Fi Fadhail Al-Azmina Wash-Shuhaar Al-Imam`Abdul Hamid Quds (Mufti dan Imam Masjidil Haram) menceritakan bahwa banyak Awliya Allah (para kekasih Allah) yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, yang dikenal dengan Rabu Abeh (Rabu Wekasan).

“Berdasarkan fenomena itu, hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (Nawafil, sunnah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salam membaca do’a, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun”, jelas Direktur Pedir Research Institute.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar