TIMES NEWS ACEH – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT), Abdul Halim Iskandar Dipeusijuek (Tepung Tawar), upacara adat dalam budaya masyarakat Aceh saat melakukan kunjungan kerja ke Kantor Walikota Sabang. Serangkaian upacara dilakukan oleh tokoh adat sekaligus Wakil Ketua MAA Kota Sabang Teungku Mahdi Umar.
Dalam prosesi tersebut, Teungku Mahdi Umar mengambil beras padi yang kemudian ditaburkan ke Gus Halim dengan cara melingkar mengikuti arah jarum jam. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan cara yang sama.
Penggunaan beras ini berdasarkan filosofi padi yang artinya semakin berisi semakin merunduk.
Kemudian dilanjutkan dengan Peureutek Ie On yang posisinya sama seperti Peusijuek. Namun yang menjadi pembeda adalah media yang digunakan yakni air dan tiga perangkat yaitu on si nijuk, manek manoe, dan nalong sambo. Ketiganya diikat dengan kokoh untuk memercikkan air yang melambangkan pemersatu dan segala masalah dapat terpecahkan.
Langkah berikutnya adalah peusuntieng. Prosesi ini diawali dengan mencuci tangan, mengepal sedikit bu lekat (ketan) lalu diletakkan di tangan atau ujung jari.
Ada beberapa makna dalam prosesi ini yakni ketan sebagai zat perekat, yaitu terjadinya silaturahmi antarmanusia. Warna kuning dari ketan merupakan lambang kejayaan dan kemakmuran. Sementara warna putih artinya suci.
Langkah selanjutnya adalah menyalami dengan memberikan uang. Maknanya sebagai isyarat kemuliaan dan sebagai doa untuk kemurahan dan keberkatan rezeki.
Hadir dalam prosesi adat ini Pj Walikota Sabang Reza Fahlevi, Ketua DPRK Sabang Muhammad Nasir, Kepala BPKS Sabang Junaidi Ali, Pj Sekda Kota Sabang Andri Nourman, dan Kepala Pusat PPMDDTT M Yusra.
Tinggalkan Komentar