Oleh : Mirza Putra
TAHUN POLITIK akan kembali menghampiri kita semua, buktinya suhu atau tensi di setiap partai sudah mulai hangat untuk mengusung salah satu figur figur yang telah dipersiapkan, baik itu untuk jadi Presiden, Kepala Daerah dan legislatif.
Surve untuk setiap partai ataupun para calon calon juga sudah mulai bermunculan, ditahun tersebut masyarakat selalu menjadi sasaran para politisi untuk di ajak mendengarkan program yang mereka tawarkan, mereka sering kali menyampaikan programnya untuk membangun jembatan meski tidak adanya sungai, sungguh lucu program yang mereka sampaikan.
Sudah cukup dan berhentilah gunakan suara masyarakat sebagai pendorong mobil mogok yang setelah hidup rakyat ditinggalkan, kalau tetap dipaksakan mungkin kali ini masyarakat akan mendorong mobil mogok tersebut ke dalam jurang. Karna belajar dari pengalaman setelah hajatan politik usai, rakyat ditinggal.
Sloga-slogan demi rakyat berhamburan di spanduk saat kampanye, mendadak mereka menjadi sosok yang begitu peduli, memberi sumbangan atau santunan sana sini dan lain sebagainya.
Dari pengalaman yang cukup memilukan ini, menjadi pembelajaran luar biasa bagi kita agar tidak gampang dimanfaatkan oleh mereka. Kita tetap boleh menyalurkan aspirasi politik, tapi mesti yang sehat dan tak mengabaikan kepentingan masyarakat.
Mereka yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sudah saatnya meninggalkan gaya gaya kepemimpinan seperti itu, berhentilah menggunakan suara rakyat untuk kepentingan sesaat, jangan ulangi lagi sikap atau tujuan mencalonkan diri hanya untuk kepentingan kelompok dan juga meraih kesuksesan sendiri.
Memang kita akui ada juga di antara mereka yang berbeda dengan gaya gaya yang kita sebutin di atas, namun persentase yang seperti itu sangat kecil. Kita mengajak teman teman yang masih larut dalam tipu daya politik mobil mogok untuk segera sadar dan mari kita kedepankan nilai-nilai kemanusian dalam hajatan tersebut.
Tulisan ini merupakan pandangan redaksi , guna mengajak para politisi untuk berpikir cerdas dan tidak lagi menggunakan gaya politik yang merugikan masyarakat dan derahnya.